Powered By Blogger

Senin, 14 Maret 2011

makalah tentang tari jaipong

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah


Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai aspek sosial budaya yang beragam banyaknya.Secara spesifik,keadaan Budaya Indonesia sangat kompleks,mengingat pnduduk Indonesia lebih dari 200 juta jiwa dalam 30 kesatuan suku bangsa.Indonesia memiliki 67 budaya yang terbesar dari barat sampai ke timur Nusantara.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa Indonesia adalah Negara yang kaya raya akan sumber daya alam,Sumber daya manusia dan sumber daya budaya yang melimpah.Bangsa kita merupakan bangsa yang serba multi,baik multi bangsa,multi agama,maupun multi budaya.Bahkan banyak dari budaya kita yang dipamerkan dan dipertontonkandi pameran luar negri.
Kebudayaan mencakup segala hal yang merupakan keseluruhan hasil cipta,karsa,dan karya manusia,termasuk didalamnya benda-benda hasil kreativitas dan ciptaan manusia,lagu daerah,dan kesenian daerah lainnya.
Sehubungan dengan hal itu,penulis akan menyodorkan suatu informasi mengenai kebudayaan tari Indonesia khususnya tari jaipong yang mungkin berguna sebagai informasi bagi pembaca.
Kami tertarik membahas kajian ini karena kita sama-sama tau kalau saat ini kebudayaan Indonesia hamper kurang diminati oleh masyarakat,khususnya para remaja.mengingat kemajuan budaya barat dan globalisasi dengan harapan masyarakat lebih dalam mengetahui tari jaipong dan akan terus melestarikannya di generasi berikutnya.

1

1.2. RUMUSAN MASALAH
Hal –hal yang akan penulis uraikan dalam penulisan makalah tentang sejarah perkembangan tari jaipong “yaitu,berasal dari manakah tari jaipong itu?bagai mana kah asal mula tari jaipong dibuat?Bagaimana perkembangan dan sejarah tari jaipong di Indonesia? Bagaimanakah apresiasi masyarakat mengenai tari jaipong itu,,,,??

1.3 Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan judul makalah diatas,penulis hanya membatasi penelitian pada sejarah perkembangan tari jaipong di Indonesia sama-sama kita tau bahwa perkembangan tari jaipong di Indonesia belum beranjak naik masih sebagian orang yang melestarikannya.oleh sebab itu penulisan makalah dan penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat.

1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan Penulis membuat makalah “Sejarah Perkembangan Tari Jaipong” adalah untuk memenuhi dan melengkapi tugas akhir semester 2 mata pelajaran Kesenian yang dibimbing oleh Ibu Maria Magdalena ini.Selain itu tujuan penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dan agar masyarakat mau melestarikan kebudayaan tari jaipong yang telah diwarisi leluhur kita terdahulu kelak dikemudian hari.

1.5. Manfaat Penelitian

Penulis melakukan penelitian tentang judul sejarah perkembangan tari jaipong ini adalah agar kita dapat mengenal kebudayaan kita lebih dalam,dapat menambah pengetahuan kita serta melestarikan semua kebudayaan yang ada di Negara kita.





BAB 2

ISI

2.1. Pengertian Tari Jaipong

Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan. Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya).Bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.Menyebut Jaipongan sesungguhnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.


2.2. Sejarah perkembangan Tari Jaipong

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatar belakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong.
Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Jaipongan merupakan karya utama Gugum Gumbira.


2.3. Ciri – Ciri Tari Jaipong
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut:
1) Tatalu;
2) Kembang Gadung;
3) Buah Kawung Gopar;
4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), yang biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih)
; 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).



2.4. Perkembangan Tari Jaipong
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).

Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng,
Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep.
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian kemancanegara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.


2.5. KONTROVERSI VERSI IMBAUAN TARI JAIPONG
Februari 11, 2009,Beberapa waktu yang lalu Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriawan, mengimbau melalui kepalaDinas Pariwisata Jawa Barat, untuk mengurangi gerakan tari jaipong yang dianggap mengundangsyahwat itu Bagi kita sebagai warga Jawa Barat, sangat familiar sekali dengan tarian jaipong.Karena memang tarian inilah yang menjadi ciri khas jawa barat.Tari jaipong sudah menggema di hampir seluruh pelosok di jawa barat ini, tidak hanya itubahkan sampai ke luar negeri segala.Lewat jaipong juga sudah membuat jawa barat menjadi daya tarik kunjungan wisata asing, danlewat jaipong pula, nama besar jawa barat semakin terkenal di dunia seni tari di Indonesia.Mau tidak mau, seni tari jaipong sudah mendarah daging bagi warga jawa barat. Karena setiap gerak dari jaipong itu sendiri mencerminkan dinamika masyarakat jawa barat.



2.6. TARI JAIPONG


Seni tari ini pertama kali dipopulerkan oleh Gugum Gumbira, yang merupakan pencipta tari jaipong.Dulu mungkin kita orang sunda atau jawa barat sangat mengenal lagu jaipong Daun Pulus Keser Bojong, yang sangat fenomenal pada era 80-an.Tembang ini menjadi sangat fenomenal, karena tembang ini disertai pula dengan gerak tari yaitu jaipong. Namun seiring perkembangan zaman, dan semakin banyaknya hiburan yang memasyarakat,maka seni tari jaipong juga sudah mulai dilupakan orang.Padahal orang luar, sangat mencintai seni ini, bahkan sampai ada sekelompok seniman dari luar negeri yang ingin mempelajari tari jaipong ini.Selain itu, gerak tari jaipong yang terkadang lambat, tapi terkadang cepat, patah-patah, aerobik dan terkadang erotik ini mulai disalah artikan oleh masyarakat luas.Akibat gerakannya yang gemulai, tapi terkadang rada erotik ini juga, yang menyebabkan tarijaipong dipandang agak negatif yang mengandung unsur erotisme.Padahal yang sebenarnya tidak seperti itu.
Gerak erotik ini sebenarnya adalah juga untuk mengikuti perkembangan zaman saat ini, sehingga para pencipta tarian bisa terus melestarikan seni jaipong ini hingga saat ini.Mungkin karena itulah bapak Gubernur Jawa Barat merasa risih melihat tari jaipong ini,sehingga menghimbau melalui kepala Dinas pariwisata jabar, agar mengurangi gerak erotik daritari jaipong tersebut, dan lebih tertutup.Demikian juga dengan para seniman tari ini, semuanya hanya mereflesikan pemikirannya dalambentuk gerak tubuh. Bagaimana sejarah seni jaipong, dan bagaimana seni tari ini bisa menjadi icon bagi Jawabarat.Dikalangan para seniman tari sendiri, dengan adanya imbauan dari Gubernur ini sangat mengkhawatirkan.Karena ini bisa berdampak kepada pelarangan tari jaipong. Sehingga ini membuat kalangan seniman jawa barat merasa gerah atas himbauan dari Gubernur tersebut.Mungkin akibat dari diterbitkannya UU anti Pornografi dan pornoaksi inilah, maka setiap ekses dari kebudayaan atau prilaku di masyarakat yang mengandung atau tidak unsur erotisme, maka semua itu dilarang.


BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Tari Jaipong adalah tarian yang berasal dari Jawa Barat yang merupakan ciptaan Gugum Gumbira,yanggerakannya sangat gemulai dan ayu.TARI jaipong merupakan identitas kesenian jawa barat yang kadang digunakan saat ada acara-acara penting,upacara,ataupun menyambut orang-orang asing yang datang ke Indonesia.
Sejarah perkembangan tari jaipong sangat cepat dan mengalami peningkatan yang signifikan.dan tari ini sangat banyak diminati oleh para masyarakat karena gerakannya yang sangat menarik.Perkembangan tari jaipong bukan hanya tersebar di jawa barat saja tapi juga telah sampai ke luar negri.

3.2. Saran
Penulis berharap agar tari jaipong akan terus mengakar di kebudayaan Indonesia dan akan tetap dilestarikan oleh generasi muda.Penulis juga berharap agar adanya partisipasi dari para pembaca untuk tetap mengambil peran dalam pelestarian budaya Indonesia.





Daftar pustaka

hhtp : //id.wikipedia.org/wiki.jaipong

intan nur’aini, Rani.S . 1996. Kebudayaan ragam bangsa.Jakarta ;Balai pustaka.


















10

makalah tentang tari kecak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32 ayat 1 yang berbuyi “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradapan dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”kita harus melestarikan budaya daerah nusantara

Teteapi,pada saat ini,budaya daerah nusantara sudah sangat jarang dipertontonkan.berbagai media massa,baik media cetak maupun media elektronik,sekarang dipenuhi oleh budaya barat,akibat pengaruh globalisasi.hal ini mengingatkan kita bahwasannya negara kita kaya akan budaya ataukesenian daerah,yaitu sekitar 67 budaya induk yang terbesar dari barat sampai ke timur nusantara.

Namun pada kenyaidak seoptimal yang diharapkan,terutama oleh generasi muda.padahal kitalah yang paling memunyai peran penting dalam menjaga kelestarian budaya nusantara.oleh karena itu kami membahas salah satu bentuk kesenian daerah nusantara yaitu tari kecak dalam makalah ini.

Diharapkan dengan adanya makalah ini,diharapkan pembaca terutama generasi muda tertarik untuk mempelajari dan melestarikn tari kecak.

1.2.Batasan atau Rumusan Masalah


Dalam makalah ini kami ingin mengungkapkan beberapa rumusan atau batasan masalah,antara lain:
1. .Bagaimana asal usul tari kecak ?
2. apa saja unsur pendukung tari kecak ?
3. bagaimana alur cer ita tari kecak ?

1.2 Tujuan penulisan

Sasaran yang ingin kami capai dalam penulisan makalah ini diantaranya:

1. memenuhi tugas kelompok kesenian
2. menjelaskan unsur-unsur penunjang tari kecak kepada pembaca
3. manarik minat generasi muda untuk mempelajari kesenian teri kecak


Selain itu tujuan tersiratnya yaitu melestarikan kesenian daerah yang telah diturunkan oleh nenek moyang kita agar tetap jaya di era globalisasi ini


BAB II
TARI KECAK



Cak..cak…cak…cak… itu adalah sepenggal nyanyian para penari Kecak. Sebuah tarian yg sangat menarik dengan ratusan orang penari dan menyanyikan lagu2 bernada unik dan teratur.

Tari Kecak yang sering disebut “The Monkey Dance” bagi kalangan wisatawan merupakan tari dalam bentuk drama relative baru tetapi telah menjadi pertunjukkan yang sangat populer/terkenal dan menjadi pertunjukkan yang mesti ditonton baik bagi wisatawan domestik maupun luar negeri.
Adegan-adegan tari kecak telah dipromosikan di beberapa poscard, buku petunjuk pariwisata dan lain-lainnya.

Nama Kecak adalah adalah sebuah nama yang secara langsung diambil setelah suara “cak, cak” yang di ucapkan secara terus menerus sepanjang pertunjukan. Ada beberapa yang menerangkan bahwa kata atau suara “cak” sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting dan significant di dalam pertunjukan..

2.1 Tari Kecak

Tari Kecak ialah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan “cak” dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rhama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.
Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian Sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman
Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
Tari Kecak yang sering disebut "The Monkey Dance" bagi kalangan wisatawan merupakan tari dalam bentuk drama relative baru tetapi telah menjadi pertunjukkan yang sangat populer/terkenal dan telah menjadi pertunjukkan yang mesti ditonton baik bagi wisatawan domestik maupun luar negeri. Adegan-adegan tari kecak telah dipromosikan di beberapa poscard, buku petunjuk pariwisata dan lain-lainnya.

Nama Kecak adalah adalah sebuah nama yang secara langsung diambil setelah suara "cak, cak" yang di ucapkan secara terus menerus sepanjang pertunjukan. Ada beberapa yang menerangkan bahwa kata atau suara “cak” sebenarnya mempunyai arti yang sangat penting dan significant di dalam pertunjukan.

2.2 Asal usul tari keak
Tak diketahui secara pasti darimana tarian kecak berasal dan dimana pertama kali berkembang, namun ada suatu macam kesepakatan pada masyarakat Bali kecak pertama kali berkembang menjadi seni pertujukan di Bona, Ganyar,
sebagai pengetahuan tambahan kecak pada awalnya merupakan suatu tembang atau musik yang dihasil dari perpaduan suara yang membentuk melodi yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian Sahyang yang disakralkan. Dan hanya dapat dipentaskan di dalam pura. Kemudaian pada awal tahun 1930an astist dari desa Bona,
Gianyar mencoba untuk mengembangkan tarian kecak dengan mengambil bagian cerita Ramayana yang didramatarikan sebagai pengganti Tari Sanghyang sehingga tari ini akhirnya bisa dipertontontan di depan umum sebagai seni pertunjukan. Bagian cerita Ramayana yang diambil pertama adalah dimana saat Dewi Sita diculik oleh Raja Rahwana.

2.3 Perkembangan Tari Kecak Di Bali
Tari kecak di Bali mengalami terus mengalami perubahan dan perkembangan sejak tahun 1970-an. Perkembangan yang bisa dilihat adalah dari segi cerita dan pementasan. Dari segi cerita untuk pementasan tidak hanya berpatokan pada satu bagian dari Ramayana tapi juga bagian bagian cerita yang lain dari Ramayana.
Kemudian dari segi pementasan juga mulai mengalami perkembangan tidak hanya ditemui di satu tempat seperti Desa Bona, Gianyar namun juga desa desa yang lain di Bali mulai mengembangkan tari kecak sehingga di seluruh Bali terdapat puluhan group kecak dimana anggotanya biasanya para anggota banjar.
Kegiatan kegiatan seperti festival tari Kecak juga sering dilaksanakan di Bali baik oleh pemerintah atau pun oleh sekolah seni yang ada di Bali. Serta dari jumlah penari terbanyak yang pernah dipentaskan dalam tari kecak tercatat pada tahun 1979 dimana melibatkan 500 orang penari. Pada saat itu dipentaskan kecak dengan mengambil cerita dari Mahabarata. Namun rekor ini dipecahkan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan yang menyelenggarakan kecak kolosal dengan 5000 penari pada tanggal 29 September 2006, di Tanah Lot, Tabanan, Bali.

2.4 Pola Tari Kecak

Sebagai suatu pertunjukan tari kecak didukung oleh beberapa factor yang sangat penting, Lebih lebih dalam pertunjukan kecak ini menyajikan tarian sebagai pengantar cerita, tentu musik sangat vital untuk mengiringi lenggak lenggok penari. Namun dalam dalam Tari Kecak musik dihasilkan dari perpaduan suara angota cak yang berjumlah sekitar 50 – 70 orang semuanya akan membuat musik secara akapela,
seorang akan bertindak sebagai pemimpin yang memberika nada awal seorang lagi bertindak sebagai penekan yang bertugas memberikan tekanan nada tinggi atau rendah seorang bertindak sebagai penembang solo, dan sorang lagi akan bertindak sebagai ki dalang yang mengantarkan alur cerita. Penari dalam tari kecak dalam gerakannya tidak mestinya mengikuti pakem pakem tari yang diiringi oleh gamelan. Jadi dalam tari kecak ini gerak tubuh penari lebih santai karena yang diutamakan adalah jalan cerita dan perpaduan suara.
2.5 Gerak Tari Kecak
Dalam pertunjukan Tarian Kecak, jumlah penarinya biasanya mencapai ratusan dan terdiri dari kaum lelaki. Teknik tarian dan pakaian tari yang digunakan sangat sederhana. Dengan hanya bertelanjang dada dan bercawat, para penari membuat lingkaran beberapa baris. Di tengah-lingkaran terdapat lampu minyak kelapa. Gerakan tubuh yang dilakukan penari adalah merebahkan diri ke belakang kadang bergantian, kadang serentak.
Tarian Kecak juga dikenal di Bali dengan nama Tari Cak. Menurut sejarahnya, tarian ini merupakan tarian yang berasal dari tarian Sanghyang.

Tarian ini berawal dengan menggerak-gerakan badan ke kanan dan ke kiri mengikuti ritma yang diucapkan "cak - cak - cak - cak - cak". Irama dari "cak-cak-cak-cak-cak" mulanya lambat, lama-kelamaan menjadi cepat diikuti dengan gerakan tangan yang digetarkan. Tarian Kecak lambat laun berkembang menjadi drama tari dengan menyelipkan kisah Ramayana dalam tariannya.

2.6 Keistimewaan tari kecak

Berbeda dengan jenis seni pertunjukan Bali lainnya, Tari Kecak memiliki keunikan karena tidak mengandalkan istrumen alat musik untuk mengiringi tarian, melainkan paduan suara para penarinya. Irama bunyi “cak, cak, cak...” ditata sedemikian rupa, sehingga menghasilkan suatu paduan yang sangat harmonis, diselingi dengan beberapa aksen dan ucapan-ucapan lainnya. Para penari yang membunyikan suara “cak, cak, cak...” tersebut biasanya bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur yang melingkari pinggang mereka. Sementara tokoh Rama, Sinta, Rahwana, Hanoman, maupun Sugriwa memakai pakaian seperti umumnya pada pertunjukan ketoprak.

Dalam tarian ini, ritme bebunyian yang diucapkan oleh para penari cukup menghadirkan aura mistis bagi penonton. Apalagi setelah cerita Ramayana dalam tarian ini selesai dipentaskan, pertunjukan disambung dengan tarian Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran yang para penarinya diyakini kemasukan roh halus, sehingga kebal ketika menari di atas bara api.

Tarian Sanghyang Dedari merupakan tarian untuk mengusir roh-roh jahat yang dipentaskan oleh dua gadis yang masih perawan. Sementara Sanghyang Jaran adalah tarian yang dibawakan oleh lelaki kesurupan yang berjingkrak-jingkrak seperti tingkah laku seekor kuda dan menari di atas bara api. Karena ciri khas dari Tarian Sanghyang Jaran ini,
Tari Kecak juga dikenal dengan sebutan Tarian Kecak dan Api (Kecak and Fire Dance). Pertunjukan terakhir ini semacam bonus yang dapat mengundang decak kagum para penonton. Usai pertunjukan, penonton juga dipersilahkan untuk mengambil gambar bersama para penari.
Kemudian dari segi pementasan juga mulai mengalami perkembangan tidak hanya ditemui di satu tempat seperti Desa Bona, Gianyar namun juga desa desa yang lain di Bali mulai mengembangkan tari kecak sehingga di seluruh Bali terdapat puluhan group kecak dimana anggotanya biasanya para anggota banjari.


2.7 Alur Tari Kecak
Cerita yang paling popular dalam tari kecak adalah cerita Ramayana pada bagian dimana Raja Rama dan istrinya Dewi Shita serta adiknya Laksamana tengah berada di dalam hutan karena diasingkan dari kerajaan mereka. Berikut scene scene dalam tari kecak:
Scene 1 :
Rama Sita dan Laksamana sedang berada dalam hutan tiba tiba muncul seekor kijang emas (penjelmaan dari pembantu Raja Rahwana yang ditugaskan untuk memancing agar Rama meninggalkan Sita sendirian) mendekati mereka kemudian menjauh seakan ingin mengajak mereka bermain melihat kijang yang lucu tersebut Sita minta ke pada raja Rama untuk menangkapnya. Sebelum Rama pergi meninggalkan Sita, Rama minta adiknya Laksamana menjaga Sita, kemudian Rama meninggalkan Sita dan laksamana untuk mengejar kijang emas yang berlari menjauh………. Tak selang beberapa lap kemudian terdengar suara kesakitan yang mirip suara Rama serta minta tolong…… . Mendengar itu Sita merasa cemas kemudian minta Laksamana untuk menyusul Rama, Laksamana tidak percaya kalau suara itu adalah suara Rama karena dia tahu Rama tidak mungkin dapat dilukai oleh sekor kijang. Namun Sita tidak mau mengerti dia malah marah pada Laksamana dan menuduh Laksamana sengaja membiarkan Rama mati sehingga dia bisa mengawini Sita kelak. Karena terus didesak oleh Sita akhirnya Laksmana mau pergi menyusul Rama. Sebelum meninggalkan Sita sendirian Laksamana membuat lingakaran dan minta Sita untuk tetap berada dalam lingkaran. Setelah Laksamana pergi kemudian muncul sorang pendeta yang sebenarnya adalah penjelmaan Rahwana. Pendeta ini minta air kepada Sita. Karena merasa iba Sita memberikan air kepada pendeta tersebut dengan menjulurkan tangannya keluar lingkaran. Seketika itu juga pendeta tua itu berubah menjadi Rahwana. Kemudian membawa Sita pergi.
Scene 2 :
Dikisahkan Sita telah berada di Kerajaan Alengka ditemani oleh Trijata – kemenakan dari Rahawana yang ditugaskan untuk menjaga Sita. Sita terlihat sedih menangisi nasib yang menimpanya sanbil terus berharap Rama datang untuk menyelamatkannya. Kemudian muncul Kera Putih – Hanoman. Pada awalnya Sita mengira Hanoman ini juga merupakan penjelmaan Rahwana, namun setelah Sang Hanoman menjelaskan bahwa dirinya adalah utusan dari Raja Rama, serta menyerahkan cincin sebagai bukti. Kemudian Sita memberikan bunga kepada Hanoman untuk diserahkan kepada raja Rama. Sebelum meninggalkan kerajaan Alengka Hanoman membakar taman dan beberapa tempat di kerajaan Alengka sebagai pesan pada Rahwana bahwa Rama akan datang untuk menyelamatkan Sita.
Scene 3 :
Peperangan dimulai, Rama dengan pelayannya bernama Tualen serta tentara keranya tiba di Alengka untuk menyerang dan menghancurkan kerajaan Rahwana. Pada awal pertempuran putra Rahwana yang bernama Megananda serta pelayannya Delem berhasil mengalahkan Mengikat Rama dengan kekuatan sihirnya sehingga Rama serta anak buahnya tidak bisa bergerak dan menjadi lemas. Kemudian Rama berdoa memohon kepada para Dewata untu k menyelamatkannya, kemudian munculah seekor burung garuda membantu Rama melepaskan diri dari sihir Megananda.
Scene 4 :
Kemudian Rama beserta tentaranya kembali pulih seperti sedia kala lalu Rama memerintahkan Raja Kera Sugria untuk melawan Megananda, Pada scene ini para penari cak akan membentuk 2 kelompok satu kelompok menjadi tentara Megananda, satu kelompok yang lain menjadi tentara Sugriwa. Dalam pertempuran ini Sugriwa berhasil mengalahkan Megananda. Kemudian para penari cak kembali menjadi satu kelompok.
Scene 5 :
Diceritakan bahwa Rahwana telah dapat dikalahkan dan Rama berkumpul kembali dengan istrinya Sita. Pertemuan mereka ini disaksikan oleh Laksamana, Sugriwa dan Hanoman. Pada setiap akhir pementasan seluruh penari pendukung ini akan berkumpul di atas stage dan mengundang para pengunjung untuk membuat kenangan dengan berfoto bersama. Kapasitas penonton untuk nonton bareng kecak di Uluwatu mencapai 500 orang.
7.8 Foto-foto Tari Kecak

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembuatan makalah,dapat di simpulkan bahwa,pelestarian budaya daerah Indonesia akan berlangsung apabila generasi muda mau belajar untuk melestarikannya.karena generasi mudalah yang dipandang oleh dunia luar sebagai lambang dari negara kita.bagaimana generasi mudanya begitulah negaranya.
3.2.Saran
dilihat dari situasi dan kondisi saat ini,kami menyarankan bahwa:
1. Kebudayaan daerah yang sudah ada sejak dulu harus dilestarikan terutama oleh generasi muda
2. Kita sebagai generasi muda sudah selayaknya melestarikan budaya daerah kita
3. Kita harus mengajak masyarakat indonesia untuk melestarikan budaya daerah
4. Kita juga harus menjaga budaya bangsa kita agar tidak diakui oleh bangsa lain sebagai budayanya


DAFTAR PUSTAKA


http://id.wikipedia.org/wiki/Kecak
http://sawomatang.proboards.com/index.cgi?board=seni&action=print&thread=226
http://y4nthee.blogspot.com/2010/05/tari-kecak.html
http://tesalonika.wordpress.com/2010/07/03/35/
http://www.99bali.com/dance/kecak/